Detail Berita

Kunjungan Fasilitator Sekolah Penggerak Angkatan III di SMAN 19 Bungo

Rabu, 1 November 2023 12:16 WIB
122 |   -

Sekolah Penggerak berfokus pada pengembangan hasil belajar siswa secara holistik dengan mewujudkan Profil Pelajar Pancasila yang mencakup kompetensi kognitif, literasi, dan numerasi serta nonkognitif (karakter) yang diawali dengan SDM unggul melalui kepala sekolah dan guru.

Lima intervensi dalam Program Sekolah Penggerak adalah pendampingan konsultatif dan asimetris, penguatan sumber daya manusia (SDM) sekolah, pembelajaran dengan paradigma baru, perencanaan berbasis data, dan digitalisasi sekolah.

Pengimbasan sekolah penggerak merupakan salah satu upaya yang bertujuan agar transformasi pendidikan berlangsung lebih cepat dan merata ke semua sekolah, karena kita memahami bahwa Program Sekolah Penggerak (PSP) merupakan katalis untuk merealisasikan visi pendidikan Indonesia yaitu mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.

Hari ini, SMAN 19 Bungo kedatangan tamu istimewa yaitu Bapak Kaharuddin S.Pd.I., M.Pd. Beliau adalan dosen AIMI Jambi sekaligus Fasilitator Sekolah Penggerak Angkatan III. Maksud kedatangan beliau yaitu mengonfirmasi Pengimbasan Sekolah Penggerak dengan bertemu Kepala Sekolah, majelis guru bidang studi dan BK, serta peserta didik. 


Salah satu hal yang ditanyakan beliau adalah "apakah ada perubahan yang Bapak/bu rasakan setelah mengalami peralihan dari K13 menjadi Kurikulum Merdeka, bukankan hal itu hampir sama dengan istilah ditinggal pas lagi sayang-sayangnya?"

Ibu Rosidah, S.Pd.I selaku guru sekaligus ketua komunitas belajar "Smart Teacher" memberikan jawaban dengan lugas dan apa adanya sesuai perasaan yang dialami . "Kurikulum Merdeka (Kurmer) memberikan perubahan kepada guru untuk keluar dari zona nyama. Dengan mengadakan komunitas belajar setiap dua minggu sekali, menjadikan Bapak/Ibu guru mendalami dan lebih memahami Kurmer ini. Hal tersebut juga ditunjang dari supervisi dan evaluasi. Guru secara tidak langsung menerapkan IT dalam menyiapkan perangkat pembelajaran. Mereka belajar dari aplikasi secara mandiri seperti menggunaan Canva, Kahoot, dan aplikasi lainnya".

Fasilitator yang akrab dipanggil dengan Bapak Kahar mengungkapkan, "Kurikulum Merdeka sebenarnya memudahkan guru untuk melaksanakan pembelajaran di kelas. namun guru mengalami sindrom belum terbiasa dari peralihan K13 ke Kurikulum Merdeka. Perangkat pembelajaran pun berbeda jadi harus belajar dan bergerak. Semua yang terjadi hari ini adalah karena kita bergerak. Hal yang kita lakukan tergantung niat dan prasangka. Kalau kita bilang susah, maka yang terjadi adalah susah, berat, dan mengeluh". 

"Tidak tunduk terdiam untuk tertindas. Tapi bangkit menatap untuk melawan. Karena mundur adalah sebuah penghianatan". Tutur Bapak Kahar tersebut menjadi penutup sekaligus pemantik untuk terus tergerak, bergerak dan menggerakkan. 

 

 


Komentar

×
Berhasil membuat Komentar
×
Komentar anda masih dalam tahap moderator
1000
Karakter tersisa
Belum ada komentar.

Jadilah yang pertama berkomentar di sini